Tulisan ini dibuat waktu di Indonesia banyak terjadi demonstrasi yang menentang penyerbuan Amerika ke Afghanistan dan para demonstran mengarak-arak foto Osama bin Laden di jalan-jalan.
------------
Date: Thu, 04 Oct 2001 16:41:12 -0400
Subject: Opini publik?
Apa itu opini publik? Siapakah publik?
Banyak sekali "wakil rakyat" yang menyatakan dirinya mengatasnamakan publik. Gus Dur contohnya sewaktu mengeluarkan dekrit. Apalagi yang mengaku dirinya membela 'Islam.' Mereka menyatakan bahwa mereka mewakili aspirasi umat Islam Indonesia. Agama dan golongan lain pun pasti memiliki hal ini, di mana sering kita dengar ada kelompok yang mewakili "aspirasi umat Kristen" atau suku "A" atau apa lagi. Tapi dalam faktanya, sering kali yang dikeluarkan adalah opini mereka atau kelompok kecilnya sendiri. Pertanyaannya adalah, apakah opini mereka itu bisa menjadi opini publik pada umumnya.
Manusia adalah makhluk yang peka kepada 'pengaruh,' terutama dari para ahli. Contohnya, dalam clinical psychology, sering sekali terjadi bahwa psikiater secara tak sadar menanamkan ide-ide kepada pasiennya. Dalam satu contoh yang terkenal, untuk menjawab kenapa pasiennya itu takut makan udang, psikiaternya bertanya apakah dulu memang pernah ibunya melarang makan udang atau ada ketakutan yang berhubungan dengan itu. Secara tak sadar, ide bahwa ibunya keras/kejam tertanam dalam pasien tersebut, dan dalam beberapa kejadian pasien tersebut malahan percaya bahwa ibunya memang kejam, padahal faktanya sebaliknya. Kasus ini sekarang sedang di pengadilan di salah satu negara bagian di US, karena ibunya itu terkena tuduhan penyiksaan anak-anak.
Pengaruh seseorang yang dianggap ahli kepada "orang biasa" sangat besar. Menurut heuristic analysis, setiap hari seseorang dibanjiri banyak informasi. Sementara itu, dia perlu membuat keputusan dalam waktu singkat dengan informasi yang cukup. Berhubung dia tak pernah bisa mendapatkan informasi secara total, maka ia membuat 'jalan pintas,' yakni dengan mengambil apa yang sesuai dengan pandangannya tentang dunia. Salah satu jalan pintasnya adalah dengan mendengarkan pendapat 'para ahli,' karena orang-orang percaya pandangan para ahli itu hampir selalu benar atau karena masuk logika. Untuk itu, kredibilitas dan kepercayaan sangatlah penting.
Kembali ke masalah pertama tentang opini politik publik, apakah anda pikir semua orang itu tahu tentang politik? Saya rasa mungkin saja ada orang-orang di Indonesia yang tak tahu siapa Cak Nur. Sejujurnya, nama-nama ketua partai saja saya sering lupa. Mengapa hal itu terjadi? Gampangnya: kebanyakan informasi. Setiap hari seseorang harus bekerja, melakukan tetek bengek, dsb. Sekarang mereka harus mengikuti masalah politik dan memiliki informasi penuh tentang politik.... Sesuatu yang tak mungkin. Terlalu banyak informasi dan otak manusia tak akan sanggup menampung seluruh informasi itu.
Akhirnya, orang-orang mencari "jalan pintas." Salah satunya adalah dengan mencari opini para 'ahli,' yang bisa saja dukun, kyai, haji, komentator, pendeta, dsb. Tapi yang penting adalah mereka percaya bahwa para 'ahli' itu akan membela kepentingan mereka dan mereka sendiri bisa men-identify diri mereka dengan para ahli itu. Di sini salah satu faktor yang berpengaruh adalah ideologi, agama, dan nama. Tak heran dalam pemilu kemarin, penelitian Liddle dan Mujani membuktikan bahwa tokoh-tokoh politik seperti Megawati Sukarnoputri yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi rakyat untuk memilih partai karena rakyat bisa men-identify diri mereka dengan Sukarno. Mereka melihat Sukarno adalah pembela rakyat kecil.
Sekarang kita melihat kasus Afganistan, Taliban, dan Osama. Mengapa ada saja orang-orang yang bisa semudah itu percaya kepada Osama, dan konco-konconya di Indonesia? Karena mereka tak tahu apa itu Taliban. Mereka tak bisa mendapatkan informasi secara sempurna Taliban itu apa.
Beberapa suara menyatakan bahwa karena faktanya begini, ya rakyat perlu dididik secara total dan 'diterangkan' jalannya. Tapi rakyat sibuk semua mencari makan dan kerja.... Mereka tak ada waktu untuk baca informasi. Lagipula, kalaupun ada waktu, mereka akan membaca sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka mau baca. Tak heran Pos Kota adalah koran terlaku di Indonesia.
Begitu saatnya melakukan keputusan politik, rakyat akan melihat tokoh-tokoh yang dianggap ahli. Nah, di sini saatnya elit-elit politik kita seperti Amien Rais, Hamzah Haz, dsb berpengaruh kuat. Rakyat melihat mereka, percaya mereka, akan mengambil keputusan dengan berdasarkan apa yang tokoh-tokoh berpengaruh tersebut ingin. Tak heran juga di sisi lainnya, alm. Romo Mangunwijaya sangat berpengaruh di Jawa Tengah, karena semua orang memang percaya dia. Intinya adalah siapa yang bisa dipercaya rakyat yang tak bisa mendapat informasi secara sempurna.
Masih belum percaya? Mari kita kembali sekarang ke cerita tentang anak dan udang, apakah anda percaya bahwa memang ada kasus di mana hal tersebut terjadi? Mungkin kalau anda memang seseorang yang senang membaca tulisan saya dan percaya apa saja yang saya tuliskan, anda pasti akan percaya bahwa memang ada kasus itu. Tapi faktanya, cerita di atas itu fiksi yang saya buat dalam waktu 1 menit (walau memang ada unsur yang diambil dari kejadian sesungguhnya, tapi sama sekali tak menyangkut masalah udang). Jika anda memang percaya bahwa yang saya tulis selalu credible atau masuk akal, maka anda tak akan memiliki kesulitan untuk menelan cerita tersebut bulat-bulat, atau paling tidak, anda percaya bahwa memang ada udang di kasus tersebut.
Tapi jika saya adalah seseorang yang kredibilitasnya dipertanyakan, maka anda tak akan percaya secepat itu. Selain itu juga, yang berpengaruh adalah apakah yang saya ceritakan sesuai dengan gambaran anda tentang dunia? Jika tidak, rasanya tulisan ini juga tak akan anda percayai.
YS
No comments:
Post a Comment