Tulisan lama ini disusun pada saat Rupiah bisa kembali membaik, mendekati angka Rp. 10.000,00. Kalau memnaca tulisan lama ini, ya seperti biasa, sangat kurang analisa mengenai analisa mekanisme penguatan/pelemahan rupiah - apakah untung/ruginya penguatan/pelemahan Rupiah. Analisa perbankannya pun sangat sedikit.
Ini aalah salah satu tulisan yang mudah terlupakan, karena secara kualitas kurang bagus. Intinya hanya mencoba melihat nilai mata uang berdasarkan faktor politis, sehngga analisa secara ekonomi yang sebetulnya sangat diperlukan menjadi terlalu dangkal.
YS
-----
Thu, 1 Oct 1998
Subject: Dollar = Rp. 10000? Bisa. Bertahan? That's the question
Perkembangan ekonomi Indonesia akhir-akhir ini memang sangat menarik. Indonesia yang diramalkan akan hancur ternyata dapat bertahan, dan dollar yang diramalkan (oleh peramal beneran) bisa menembus Rp. 20,000.00 ternyata gagal, dan sekarang bahkan mendekati angka Rp. 10,000.00; walau angka Rp. 10,000.00 itu sendiri sebetulnya sudah di luar logika. Dalam sebuah wawancara, Christianto Wibisono pernah berkata, "waktu Rupiah mencapai Rp. 6,000.00, George Soros saja sudah bengong tak percaya. Ternyata Ki Gedeng Pamungkas bisa lebih akurat memprediksikan dollar." Penurunan nilai Dollar merupakan suatu perkembangan yang sangat di-welcome dan menyenangkan karena mengakibatkan ekonomi kita bisa pulih lebih cepat dari dugaan. Pertanyaannya adalah sanggupkah Indonesia mempertahankannya?
Banyak sekali faktor-faktor external dan internal yang mempersulit negara kita. Secara eksternal, sekarang kondisi keuangan dunia dalam kondisi parah. IMF seperti pemadam kebakaran dengan air yang hampir habis untuk menghadapi kebakaran di Russia, Asia, dan Amerika Selatan. Jepang yang dianggap sebagai tanduk Asia abad ke-21 ternyata tak bisa diandalkan. Semua 'Asian Tiger' ternyata masih perlu disusui. Dalam uncertainty begini, investor akhirnya mencari jalan aman, yakni US Treasury Bonds. Hal ini justru akan menyebabkan Dollar menguat habis dan akhirnya bisa menyebabkan Rupiah kembali terpuruk. Pernyataan Fed untuk menurunkan suku bunga merupakan siraman air dingin di tengah kebakaran dunia ini, tapi ini masih merupakan pertanyaan bilamana penurunan itu bisa membantu pemulihan ekonomi di Asia.
Masih ada 1001 faktor eksternal, namun yang paling penting adalah faktor-faktor internal di negara kita. Hampir di semua propinsi bahaya kelaparan mengancam, penjarahan di mana-mana, dan tak ada kepastian hukum. kalau ada yang mencoba menyatakan 'tak ada namanya penjarahan,' get up and face the fact: penjarahan terjadi di mana-mana. Kenapa? Bukan hanya karena kelaparan, tapi karena kewibawaan pemerintah yang tak jelas. Pemerintah tak bisa menentukan yang mana yang legal dan illegal, dan kalau bisa juga, pemerintah tak sanggup mempertahankannya.
Sampai saat ini pemerintah bersikap plin-plan, di satu pihak pemerintah katanya mau 'reformasi,' tapi di pihak lain, pemerintah masih terus melindungi 'vested interests' dari elit-elit lama yang diperkaya oleh konvoi KKN mereka. Melihat hal ini, dimanakah kewibawaan pemerintah? DImanakah kepastian hukum yang akan melindungi dan menjaga masyarakat? Apalagi mengingat sidang umum MPR yang akan datang, yang akan diwarnai puluhan partai politik baru, bahaya kelaparan, masih berkuasanya antek-antek lama, dan kaum-kaum KKN-ers yang sudah ganti baju tapi masih sama baunya.
Faktor lain yang sama parahnya tapi jarang dibicarakan adalah dunia perbankan kita. Sedikit sekali bank-bank Indonesia yang technically tak bankrut. Bahkan Bank Bali yang sebetulnya beres pun terhantam habis oleh krisis ini (New York Times, September 23, 1998). Dalam kondisi ini, kredit tak jalan, investasi lambat, dan ekonomi juga hancur. Ini menyebabkan lingkaran setan yang lama, rakyat mengeluh lapar, merampok, pemerintah diam saja, dan investor serta para pedagang ketakutan. Singkatnya 'Buat apa berdagang kalau akhirnya dirampok habis?' Pertanyaan itu terus menghantui Indonesia.
Ditengah uncertainty begini, Apakah Dollar bisa menembus Rp. 10,000.00? Kemungkinan bisa, tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem politik kita bisa mempertahankan nilai dollar dibawah itu. Instabilitas politik ditambah masih bingungnya kewibawaan dari pemerintah kita menyebabkan kesulitan untuk menemukan jawaban yang pasti tentang hal ini.
Ingat, sekarang banyak dari investasi asing di Indonesia merupakan investment secara portfolio yang dengan mudah bisa ditarik kabur dari Indonesia, bukan 'foreign direct investment' yang memaksa investor melakukan investment secara long term. Akibatnya, sangat mudah bagi rupiah untuk kembali anjlok begitu ada kerusuhan karena investor bisa dengan mudah menarik lagi investment mereka.
Jadi apakah dollar bisa turun sampai Rp. 10,000.00? Ada kemungkinan, tapi pertanyaannya adalah mampukah Indonesia mempertahankan dollar dibawah Rp. 10,000.00 menilai faktor-faktor internal dan external yang telah didiskusikan di atas, itu pertanyaan lain. Yang penting perlunya usaha pemerintah untuk merombak sistem yang ada, baik di dunia perbankan, ekonomi, DAN TERUTAMA di pemerintahan sendiri, yakni pemisahan kekuasaan yang jelas antara Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif; serta adanya kepastian hukum
yang jelas.
Yohanes Sulaiman
No comments:
Post a Comment