Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Saturday, July 16, 2011

[Analisa] Kewibawaan pemerintah

Sangat menarik membaca tulisan lama ini. Tapi lebih menarik lagi adalah tulisan ini masih relevan untuk masa SBY sekarang ini, walau "urgency"-nya sudah tidak setinggi tempo dulu. Sekarang ini tentara sudah lebih berwibawa, pemerintah sudah memiliki legitimasi, dan kepercayaan sudah lebih tinggi (walau tetap menurun), dan kepercayaan pasar dan para pengusaha yang cukup tinggi. Tapi pemerintah tetap memiliki krisis kewibawaan, walau kali ini bukan karena pemerintah yang tak memiliki legimasi pemilu, melainkan karena memang pemerintah yang kurang tegas.

YS


--------
[Analisa] Kewibawaan pemerintah
Sun, 19 Jul 1998

Tiap kali kita membuka koran atau membaca berita, pasti kita membaca berita kerusuhan, rakyat yang merampok dengan alasan 'lapar,' dsb. Sebagian dengan santainya menerima alasan bahwa, "ya kalau perut lapar apa bisa salahkan mereka?" Namun sebetulnya yang menjadi masalah adalah bukan perut lapar. Justru yang sering kali terlupakan dari berita-berita di atas adalah KENAPA RAKYAT BISA DENGAN ENAKNYA
MERAMPOK?

Sejak dulu terjadi kelaparan, bahkan di Uni Sovyet tahun 1930-an terjadi kelaparan besar-besaran yang mengorbankan puluhan juta rakyat. Tapi kenapa waktu itu kita tak mendengar bahwa pemerintah
Stalin diguncang krisis seperti Indonesia sekarang? Kenapa kita tak pernah membaca dalam buku sejarah bahwa rakyat satu desa menyerbu perkebunan pemerintah dan merampok tanaman yang belum jadi? Ada yang menyatakan bahwa itu akibat kurang 'data' dalam sejarah Russia, sensor, dsb sehingga kesannya Russia walaupun memiliki kelaparan tapi tak ada berita penjarahan. Tapi saya rasa hanya ada satu jawaban kenapa Indonesia bisa terpuruk dalam krisis ini sementara USSR tidak: yakni HANCURNYA KEPERCAYAAN RAKYAT KEPADA PEMERINTAH DAN SUDAH HILANGNYA KEWIBAWAAN PEMERINTAH INDONESIA DI MATA MASYARAKAT.

Kenapa sekarang bisa terjadi krisis pangan dan ekonomi? Banyak sumber yang menyatakan bahwa sebetulnya Indonesia tak perlu sampai terjebak dalam krisis pangan ini. Sebagian bahkan ada yang berani menyatakan bahwa krisis ini akibat hancurnya kegiatan distribusi ke masyarakat. Alasan ini kelihatannya benar, bahwa hilangnya pangan akibat hancurnya jaringan distribusi akibat kerusuhan akhir-akhir ini. (walaupun pernyataan ini sebetulnya banyak diragukan, namun saya akan menggunakannya for the sake of argument.) Namun sangat mudahlah kalau kita hanya menyatakan bahwa krisis ini akibat hilangnya jaringan distribusi di Indonesia. Justru kita perlu melihat latar belakangnya, kenapa sistim distribusi ini bisa hilang.

Dalam suatu percakapan, Zi Gong bertanya kepada Confucius, "Apakah yang dibutuhkan sebuah negara agar negara itu kuat?" Confucius menjawab, "Militer yang kuat, bahan pangan yang cukup, dan pemerintah yang dipercaya rakyat." Zi Gong kembali bertanya, "Kalau dalam keadaan yang buruk, apa yang bisa dibuang?" Confucius menjawab, "Buang senjatanya." Zi Gong bertanya lagi, "Kalau masih perlu membuang lagi?" Confucius kembali menjawab, " kalau begitu, buang makanannya. Kekalahan perang dan kelaparan sejak dulu merupakan keadaan yang normal bagi suatu negara. Namun jika rakyat sudah kehilangan kepercayaannya kepada negara, sekuat apapun negara, negara itu akan tumbang karena negara berdasarkan atas kepercayaan rakyat."

Apakah yang terjadi sekarang di Indonesia? Kita sudah tahu bahwa Indonesia bukanlah sebuah negara terkuat di dunia tapi Indonesia memiliki angkatan perang yang memiliki banyak personel walaupun kalah modern dibandingkan Malaysia. Itu bukanlah sebuah masalah besar. Yang menjadi masalah pada akhir-akhir ini adalah tak adanya pangan bersamaan dengan tak adanya kepercayaan rakyat kepada negara. Walaupun Indonesia masih memiliki militer, tapi dengan hilangnya dua hal utama dalam negara, yakni kurangnya pangan dan tak adanya kepercayaan kepada pemerintah, tak heran situasi sekarang ini sangatlah memprihatinkan.

Kenapa pangan bisa hilang, padahal di atas justru saya baru menggunakan satu fakta (yang dipertanyakan) bahwa sebetulnya Indonesia masih memiliki cukup pangan? Ini akibat dari hilangnya hal ketiga, yakni kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Jean Jacques Rosseau menyatakan bahwa manusia untuk mencapai keamanan, membuat kontrak antara dirinya dan negara, dimana dia dengan rela menyerahkan kesetiaannya dan sebagian haknya kepada negara, dengan syarat negara akan melindungi hak-haknya. Namun, sampai sekarang ini, akibat terpecahnya dan kurang tegasnya pemerintah, pemerintah tak bisa melindungi hak-hak warga negaranya.

Apakah akibatnya? Tak adanya jaminan keamanan bagi rakyat. Kaum pedagang merasa takut untuk berdagang atau mengirim barang atau bahkan memproduksi akibat ketakutan akan rampok. Sementara itu, mereka yang tak mau menjual barang dengan enaknya dirampok. Saya tak mendukung orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, yakni menimbun barang untuk menjual dengan harga tinggi, namun dalam krisis ekonomi seperti sekarang, dimana mata uang rupiah tak berharga dan tak bisa dipercaya, ditambah lagi dengan tak jelasnya situasi ekonomi, langkah penimbunan barang JUSTRU merupakan tindakan logis bagi para pedagang. Saya berani menyatakan bahwa kalau pemerintah mau melindungi pedagang secara keamanan dan ekonomi, mereka pasti akan menjual barang mereka. Namun dengan situasi seperti sekarang ini....

Akibatnya, kita terjebak dalam lingkaran setan. Pemerintah lemah, tak mampu melindungi pedagang, pedagang yang kuatir tak mau banyak memproduksi, dan akhirnya kurangnya distribusi pangan pada rakyat dan kelaparan, yang pada akhirnya memperlemah pemerintah..... Walaupun pemerintah masih memiliki senjata, tapi dengan tak adanya rasa takut rakyat kepada pemerintah akibat tak adanya kewibawaan pemerintah, senjata itu tak ada gunanya. Segarang-garangnya tentara, mereka adalah manusia yang melihat sesama mereka menjarah dengan alasan klasik yakni lapar.

Thomas Hobbes dalam bukunya Leviathan menyatakan bahwa manusia hidup dalam ketakutan karena manusia adalah sendirian, miskin, kejam, kasar, dan berumur pendek. Akibatnya manusia akan mencari kedamaian dan mengikutinya, dan juga pada akhirnya berusaha melindungi dirinya dengan berbagai cara. Sekarang di Indonesia, pemerintah sudah tak dipercaya, dan ditambah lagi dengan kurangnya sandang pangan, dan lebih parah lagi tak adanya garansi keamanan. Tak heran bahwa tiap hari kita bisa mendengar banyak berita tentang akan adanya keributan di kota-kota besar dan banyaknya kasus penjarahan di Indonesia. Akibatnya, sekarang kita masuk jaman edan dimana pemerintah tak lagi dihargai dan tak bersikap sebagai pemerintah, rakyat tak bersikap sebagai rakyat, dan yang salah dipuji-puji dan yang benar dihina. Selama pemerintah belum bisa bersikap tegas mengatasi kasus-kasus dan masalah-masalah lain di Indonesia seperti KKN, kasus Trisakti, kasus kerusuhan Jakarta-Medan, dan pemerkosaan, sangatlah tak mungkin rakyat mempercayai pemerintah. Akibatnya, ekonomi tak akan pulih, dan Indonesia akan semakin terpuruk dalam lingkaran setan yang akan menghancurkan Indonesia dalam waktu singkat.

Tapi ini memberikan lagi satu pertanyaan: bagaimana pemerintah bisa membersihkan masalah-masalah dan kasus kasus diatas? Ini merupakan kasus yang sangat sulit. Sudah merupakan rahasia umum bahwa untuk membersihkan semua kasus diatas, banyak sekali kaki kaum pejabat yang terinjak. Singkatnya, hanya sedikit pejabat di Indonesia yang bersih dari noda akibat KKN, Trisakti, kerusuhan Jakarta-Medan, perkosaan, dsb. Untuk membersihkannya, perlu perombakan pemerintah secara besar-besaran, di mana hal ini akan semakin memperlemah pemerintah. Bahkan saya tak ragu kalau militer sendiri bersih dari noda-noda akibat kasus-kasus di atas. Karena itu, tak heran bahwa baik pemerintah maupun militer sekarang ini bersikap plin plan dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut, karena jika mau menyelesaikannya, sama dengan melakukan hara kiri (bunuh diri).

Mungkin ada yang menyatakan bahwa saya seakan-akan memojokkan pemerintah dengan tulisan ini, tapi saya nyatakan, ini adalah faktanya. Sekarang banyak sekali orang-orang di atas yang memiliki kredibilitas yang rendah, apalagi banyak suara-suara yang bertentangan satu sama lain. Salah satu contoh konflik pandangan pemerintah adalah pernyataan Presiden Habibie yang sering sekali bertentangan dengan pernyataan satu anggota DPR di Sumatera Utara yang sering diliput surat kabar Waspada. Walaupun itu seakan-akan simple, tapi ini memberikan keraguan atas seberapa tekad pemerintah untuk melindungi warganya. Akibat jangka pendeknya sangat mudah terlihat, yakni ketakutan warga negara Indonesia keturunan China yang masih di luar negeri dan sampai sekarang tak berani pulang akibat tak adanya jaminan keamanan. Hal ini ditambah lagi dengan beredarnya selebaran-selebaran gelap. Selama pemerintah belum mengeluarkan pernyataan untuk melakukan perlindungan total, sangat diragukan kalau kewibawaan pemerintah bisa dijunjung.

Kaum anarkis menyatakan bahwa untuk membersihkan bumi ini, perlu dicuci dengan sungai darah. Saya bukan anarkis, dan terus terang ide sungai darah itu sangatlah saya tolak, dan bahkan saya tentang karena tak sesuai dengan iman saya. Namun, sangatlah saya takutkan bahwa jikalau pemerintah Indonesia tidak sanggup menyelesaikan masalah kewibawaan dan kepercayaan rakyat kepada pemerintah secepatnya, tak bisa diragukan bahwa hal ini akan terjadi, dan kalau sudah terjadi, akan sulit bagi Indonesia untuk bangkit kembali. Sebagian kaki perlu diinjak, tapi ini adalah untuk kepentingan Indonesia, namun janganlah menginjak kaki orang yang tak bersalah dan mengkambing hitamkannya, karena dengan mengkambing-hitamkan, justru kewibawaan pemerintah akan semakin dipertanyakan, dan Indonesia akan hancur. Saya ragu sekali kalau ada pembaca yang bersedia mengalaminya..... Sekacau-kacaunya Indonesia, Indonesia masih merupakan tanah air kita, dan tak ada yang suka kehilangan tanah airnya.

Yohanes Sulaiman

No comments:

Post a Comment