Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Wednesday, July 20, 2011

Siapakah oposisi?

Bener-bener ajaib negara Indonesia ini. Tigabelas tahun, kayaknya analisanya sama-sama saja, dari oposisi yang isinya preman, tak ada grass-root support, dsb. Mungkin inilah warisan Mbah Harto yang sanggup memecah belah para reformir sementara elit pusat cenderung mengasimilasi semua yang dianggap bisa membahayakan.

Yah, analisa ini banyak kenaifannya, simplistik, dsb. Tapi overall kayaknya mending. Nostalgia....

YS


----------------
Date:         Sun, 20 Dec 1998 10:19:40 -0600
Subject:      Siapakah oposisi?

Bulan lalu, saya ingat banyak yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa tanggal 10 November dan diikuti oleh tragedi semanggi akan bisa menjatuhkan militer dan Prez Habibie. Sebagian bahkan menyatakan bahwa wibawa Wiranto sudah jatuh dan dia juga akan siap dipaksa mundur. Tapi sampai sekarang kita lihat bahwa ia masih tetap di atas, dan justru oposisi Indonesia yang semakin terpecah.

Tujuh bulan sudah berlalu sejak mundurnya M. Suharto dari kursi presiden. Satu bulan sudah berlalu sejak sidang istimewa MPR, dan terlihat bahwa gerakan oposisi bukan semakin menguat, tapi melemah. Ini fenomena yang menarik, mengingat bahwa gabungan oposisi dan kekacauan keadaan berhasil memaksa mundur salah satu orang terkuat di Asia tenggara.

Namun, apakah yang terjadi setelah itu? Walau kepalanya di potong, tapi seperti hydra di cerita Herkules, mendadak dari lehernya muncul 2 kepala baru, 4, dst; dan akhirnya ada banyak sekali kepala baru, dimana yang satu bawa lolipop, satu lagi bawa buku, satu lagi bawa taring, dst.... (mulai ngawur....) Singkatnya, kedudukan pemerintah Habibie bukan semakin lemah, malahan menguat dan sebaliknya oposisi yang semakin melemah, kehabisan tenaga memotong semua kepala, dan masalahnya juga oposisi sendiri sudah kehilangan visi dan fokusnya....

Memang sejak dulu pemerintahan Orde Baru berhasil memecah belah oposisi. Tak seperti Philipina dimana 'People Power' merupakan gerakan spontan yang terpusat dan menghancurkan dinasti Marcos sampai keakar-akarnya, dan bersatu membentuk pemerintahan baru, di Indonesia oposisi tak bisa memberi alternatif. Faktanya, justru oposisi di Indonesia cenderung bersifat oportunis dan hanya menggunakan gelombang massa yang terkadang bersifat spontanitas. Permasalahannya adalah: oposisi Indonesia cenderung tidak bersifat 'grassroot.'

Kenapa sampai sekarang gerakan mahasiswa dan oposisi belum sukses? Saya tak ragu akan tekad dan niat mahasiswa dan oposisi untuk melakukan reformasi dan perubahan secara menyeluruh di dunia politik Indonesia yang memang sudah diwarnai oleh KKN. Namun dari gerakan mahasiswa dan oposisi itu, sayangnya yang kurang adalah ide tentang 'what next.'

Siapakah yang diwakili oleh oposisi? Oposisi menyatakan bahwa mereka mewakili seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaannya adalah: rakyat yang mana?

Apakah yang diwakili adalah yang radikal, preman-preman, perampok, perusuh, atau rakyat di pinggir yang sudah terhantam habis oleh krisis ekonomi? Sebagian besar kaum oposisi saya lihat hanya mewakili kepentingan mereka yang sempit dibandingkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia yang beragam.

Gerakan-gerakan oposisi yang hanya mewakili satu kepentingan seperti agama, kepentingan, suku, ras, golongan, dst tak akan bisa secara efektif mewakili seluruh rakyat Indonesia dan secara otomatis justru akan terpecah. Sampai sekarang, tujuan mahasiswa dan oposisi adalah reformasi. Tapi arti dari reformasi itu sendiri sangatlah luas dan tidak specifik dan tak ada yang setuju pada satu arti. Selain itu, seberapa jauh reformasi harus dilakukan?

Terpecahnya oposisi terlihat secara jelas di media: Amien Rais VS Gus Dur, pendukung ICMI vs non-ICMI; demonstrasi mahasiswa di Jakarta dikecam. Semua itu memberikan alternatif yang mengerikan bagi semua golongan.

Kaum pengusaha yang sudah bosan dengan keadaan chaos di Indonesia ingin kembali ke keadaan stabil dimana ekonomi bisa kembali berjalan, petani yang kelaparan dan tak ada gabah dan pupuk untuk menanam, PHK, angka kejahatan tinggi, dst; apakah semua itu dilihat oleh kaum oposisi di Indonesia? Lihat ke kiri dan ke kanan, ke semua kehancuran akibat krisis ekonomi di Indonesia. Berbicara rhetorik seperti 'partai anu terlalu radikal, atau partai ini terlalu pro pemerintah,' dst tak akan membantu Indonesia. Sebaliknya oposisi perlu bersatu agar suara mereka bisa didengar rakyat.

DI sisi lain, kita juga lihat gerakan-gerakan mahasiswa di luar negeri yang mendukung reformasi dan mengutuk tragedi semanggi. Ini merupakan fenomena yang baik, yakni para mahasiswa di Amerika ataupun di Eropa tetap peduli terhadap nasib bangsa dan negara. Namun, saya sangat ragu bahwa protes saja bisa menyelesaikan masalah.

Jika oposisi ingin kembali di dengar suaranya oleh seluruh rakyat, sudah saatnya kaum oposisi bergabung dan menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi. Kaum oposisi perlu lebih bersikap sebagai kaum reformis yang mau menempatkan kepentingan seluruh rakyat diatas kepentingan pribadi dan golongan, sehingga memberikan kredibilitas pada gerakan-gerakan mereka. Kalau kaum oposisi tetap bersikap seperti sekarang ini, Indonesia tak akan pernah bisa survive. Bahkan gerakan oposisi sendiri mungkin bisa hancur.

Peristiwa-peristiwa besar di dunia membuktikan bahwa kalau kaum oposisi terpecah gerakan reformasi tak akan berakhir dengan bahagia....

YS

No comments:

Post a Comment