Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Friday, July 15, 2011

Peristiwa Medan dipandang dari sudut politik

Analisa tua soal Kerusuhan Medan, dua minggu menjelang Peristiwa Mei di Jakarta.

Membuka kapsul waktu seperti ini memang menarik. Di satu pihak, ini memperlihatkan betapa jauhnya perubahan gaya tulisan saya dari dulu sampai sekarang. Di pihak lain, mungkin terlihat juga bahwa analisa tulisan ini sangat lemah. Tapi sulit juga memang mengingat konteks situasi dan emosi waktu itu, apalagi dibandingkan dengan saat menganalisa ulang dari ketenangan masa kini.

YS


--
Peristiwa Medan dipandang dari sudut politik
Sat, 09 May 1998 00:57:32 -0500

Saya rasa kalian semua yang berlangganan mailing list ini pasti sudah tahu akan peristiwa kerusuhan di Medan.

Tadi siang saya bercakap-cakap dengan beberapa orang Barat yang sekelas dengan saya. Yang menarik itu, hampir semua dari mereka menyatakan bahwa pemerintah bersalah karena membubarkan demonstrasi itu dengan paksa. Mereka semua melihat '6 orang mati di Medan,' dan asumsi mereka itu adalah salah pemerintah yang membubarkan demonstrasi untuk reformasi dengan paksa. Saya yakin, kalau kalian berbincang-bincang dengan orang Barat lain, sebagian dari mereka pasti akan mengucapkan pendapat yang sama seperti di atas.

Mereka tak melihat bahwa itu bukan gerakan demonstrasi Mahasiswa, tapi merupakan kerusuhan massal yang tak terkendali, yang memang perlu dihadapi dengan peluru. Karena saya menyamakan perusuh itu seperti para kriminil yang hanya mau memancing di air keruh dan semakin menghancurkan negara kita. Yang menjadi masalah itu adalah gerakan kerusuhan itu dikuatirkan akan memperlemah gerakan mahasiswa kita. Saya rasa pasti ada yang di mailing list ini menyatakan bahwa kerusuhan itu adalah langkah orang kepepet dan perlu ditoleransi. Yah, alasan itu juga dipakai untuk membenarkan pengusiran orang Palestina dari Israel, pembantaian orang Yahudi oleh Hitler, pembantaian kaum Tutsi oleh Hutu, pembantaian kaum Hutu oleh Tutsi, pembantaian orang Armenia oleh orang Turki, ... (Tambah sendiri. Dari seluruh sejarah dunia mungkin ada ribuan contoh kasus seperti ini.)

Saya bukan 100% pendukung pemerintah, tapi saya rasa pemerintah bertindak tepat jika membubarkan kerusuhan yang tak terkontrol dengan jalan kekerasan. Reformasi politik memang sangat dibutuhkan, tapi yang terjadi di Medan itu bukan gerakan reformasi, tapi gerakan untuk membunuh reformasi. Kerusuhan itu hanya akan menjelekkan nama para mahasiswa yang berdemonstrasi 'purely' dengan damai dan hanya mau reformasi politik. Di Medan itu BUKAN gerakan mahasiswa, tapi merupakan kerusuhan yang hanya akan memperburuk situasi negara kita saja. Saya yakin bahwa untuk demonstrasi berikutnya, pemerintah akan dengan mudah membungkam demonstrasi mahasiswa dengan alasan 'tak terkontrol lagi.' Melihat kerusuhan Medan, saya rasa pasti banyak yang akan lebih berpihak lagi kepada pemerintah, karena mereka pasti berpikir dibandingkan Medan II, lebih baik terus dibawah pemerintah sekarang.

Kembali ke cerita diatas, dimana teman sekelas saya menyatakan pemerintah bersalah, saya menjelaskan kepada mereka bahwa itu adalah gerakan kerusuhan yang memang perlu dibasmi. Saya rasa kita perlu membedakan dan membantu menjelaskan kepada orang Barat di sini bahwa kerusuhan di Medan itu adalah kerusuhan yang semata-mata berdasarkan kriminal. Saya bisa menarik kesimpulan bahwa kerusuhan itu bukan dilakukan oleh orang yang murni ingin reformasi, tapi ditunggangi oleh pihak-pihak yang mau mensabotase gerakan reformasi di Indonesia atau untuk 'menghilangkan' lawan-lawan politik. Hal seperti ini sudah banyak sekali contohnya. Terbakarnya gedung DPR Jerman waktu jaman Hitler menyebabkan Hitler berhasil membantai musuh utamanya, pertai Komunis Jerman. Sekarang kerusuhan Medan akan membuat pemerintah lebih mudah untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya dengan alasan 'keamanan masyarakat itu nomor satu.' Menariknya, kerusuhan itu bersamaan dengan berdemonstrasinya mahasiswa di Medan. Kesimpulannya bisa ditarik sendiri.

Sayang sekali kalau gerakan kerusuhan Medan itu hanya akan menjepit gerakan reformasi di Indonesia. Mahasiswa kita sudah kepayahan melawan pemerintah yang tak mau melakukan reformasi, sekarang gerakan mereka ditusuk dari belakang oleh kerusuhan Medan. Selain itu juga investor asing akan semakin kuatir dengan kondisi Indonesia dan Rupiah semakin melemah akibat pelarian modal. Hal ini akan menyebabkan dukungan kepada pemerintah akan lebih kuat dan dukungan untuk reformasi melemah. State Department of US sendiri mengumumkan bahwa mereka lebih senang Indonesia yang stabil. IMF terus mengucurkan uang bantuan dengan alasan untuk menjaga kestabilan di Indonesia. Kerusuhan Medan hanya akan memperkuat itikad mereka untuk menjaga kestabilan di Indonesia.

Hasilnya? Reformasi akan berlangsung bersamaan dengan berhasilnya babi untuk terbang dan bekunya neraka. Saya tahu kalimat terakhir itu memang terlalu berlebihan, tapi itu hanya untuk menekankan bahwa reformasi di Indonesia akan gagal kalau terus diwarnai kekerasan seperti di Medan.

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan masukan untuk semua.

Yohanes Sulaiman

No comments:

Post a Comment