Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Monday, July 18, 2011

Is there a captain on the bridge?

Semakin lama membaca tulisan-tulisan tua ini, semakin pesimis rasanya. Kelihatannya tiga belas tahun ini keluhannya tetap sama-sama saja, yakni masalah kurangnya kepemimpinan, menteri-menteri asbun yang merusak kepercayaan rakyat dan pasar kepada pemerintah, dan ketidak tegasan dari pemerintah.

Tulisan ini tak jelek, tapi kurang terstruktur, walaupun analogi pembukaannya menarik.

YS

------
Date:         Sat, 24 Oct 1998
Subject:      Is there a captain on the bridge?

Bayangkan kita sekarang ada dalam sebuah kapal laut. Bayangkan juga kapal kita ini sekarang dalam keadaan siap tenggelam akibat badai yang menggelora. Para penumpang panik, crew kebingungan , dan dalam kondisi ini sang Kapten berusaha memimpin kapal.

Apakah langkah-langkah yang perlu dilakukan sang kapten dalam menyelamatkan kapal ini? Dalam kondisi seperti ini, yang pertama-tama sang kapten perlu lakukan adalah berusaha menenangkan kondisi kapal, membuat penumpang tak panik, dan mengkoordinir awak kapal.

Sang kapten perlu berusaha paling dikit membawa kapal ke darat agar semua awak, penumpang, dan barang-barangnya bisa diselamatkan. Untuk itu perlu adanya koordinasi yang tinggi sekali antara sang kapten dan crew membernya. Dalam beberapa jam, akhirnya daratan terlihat. Mendadak salah satu awaknya mengeluarkan tindakan yang berbahaya bagi keselamatan seluruh awak. Apakah yang perlu dilakukan sang kapten?

Saat ini Indonesia dalam kondisi seperti diatas. Negara kita ini sebetulnya sudah dalam keadaan hancur, walau sebetulnya ada beberapa pertanda cerah terlihat di cakrawala. Menguatnya rupiah merupakan tanda-tanda bahwa kita sudah mendekati daratan, walau krisis belum selesai (bahkan sebagian ahli menyatakan Indonesia baru mulai pulih tahun 2000-an).

Namun, apakah dengan 'melihat daratan' itu berarti krisis sudah selesai? TIdak, bahkan dengan kelengahan yang terjadi akhir-akhir ini, krisis di Indonesia bisa menjadi tambah berbahaya. Salah satu faktor dari kelengahan ini adalah kurang koordinasi, terutama di pemerintah sendiri.

Sungguh menyedihkan membaca pernyataan dari Menteri Negara Urusan Pangan dan Hortikultura AM Saefuddin. Ini merupakan suatu pernyataan yang sangat negatif dan membahayakan dari seseorang dengan status dan jabatan seperti dia. DI satu pihak, ini membuktikan bahwa tak semua menteri merupakan orang beres, tapi di pihak lain ini juga memperlihatkan bahwa bagaimana pemerintah yang tak terkoordinir dapat dengan mudah memancing keributan.

Wibawa kapten pada saat ini masih sangat lemah. Legitimasinya tak ada, selain dari penyerahan jabatan dari kapten yang lama ke kapten yang baru. Sekarang, dengan munculnya pernyataan ajaib dari crew ini, bukankah artinya kapten tak sanggup mengatasi krisis ini. Kalau anak buah sendiri tak bisa dikendalikan, bagaimana bisa mengendalikan negara dengan 200 juta penduduk?

Terus terang, hal ini bisa mengarah ke precedent yang jauh lebih buruk dari sekedar demonstrasi massa. Rakyat Bali yang mogok otomatis akan membahayakan pendapatan devisa negara. Negara-negara lain akan sangat skeptik melihat pemerintah kita. Belum lagi, kalau sang menteri tak ditindak, maka akan terjadi 'toleransi' berikut ke tindakan-tindakan kacau berikut, yang akhirnya hanya akan menghancurkan kewibawaan pemerintah dan akhirnya negara kita. Dalam chaos ini, investor pasti akan kabur, dan otomatis kita akan karam, padahal daratan sudah terlihat.

Kasus ini pasti akan terbawa-bawa terus sampai ke sidang umum 10 November ini, karena ini membuat orang bertanya-tanya sejauh mana pemerintah kita mau reformasi, dan sejauh mana hukum berani ditegakkan. Kalau pemerintah tak sanggup bertindak tegas dengan membereskan kabinet, bagaimana orang bisa percaya pemerintah akan bisa membereskan kekacauan yang sudah berakar dari jaman Orde Baru? Yang kita lihat sekarang adalah benih-benih disintegrasi bangsa kita.

Sekarang penumpang kapal sedang panik akibat banyak sekali kasus, seperti kasus terror kepada anggota Komnas HAM, kasus dukun santet, kasus ninja, dan belum lagi bagasi-bagasi lama seperti korupsi, kasus kerusuhan Mei di Medan dan Jakarta, dsb. Dalam kondisi seperti ini, kepanikan massa akan hanya dipertambah dengan ketidakbecusan pemerintah dalam menindak awak kapalnya yang ceplas-ceplosan dan memperkeruh suasana diantara penumpang.

Untuk itu, kita perlu serukan kepada pemerintah agar bertindak tegas, berusaha reformasi dengan sepenuhnya, dan menindak tiap aparat yang membahayakan kapal yang sudah hampir karam ini.

Yohanes Sulaiman

No comments:

Post a Comment