Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Monday, September 5, 2011

Fungsi dan kekuasaan nama

Artikel lama, buat yang suka mikir.
YS


Date: Wed, 02 Jul 2003 13:11:03
Subject: Fungsi dan kekuasaan nama

Di sebuah film anime Jepang yang berjudul Spirited Away, dikisahkan tokoh utamanya, Chihiro, menandatangani sebuah pakta dengan Yubaba, seorang penyihir, agar ia bisa bertahan hidup di tempat penyihir itu. Namun sebagai gantinya, Yubaba "mengambil" nama "Chihiro" dan hanya meninggalkan satu huruf saja, "Sen." Walau tindakan ini kelihatannya begitu sederhana, namun tindakan itu sebetulnya bermakna penting dan merupakan salah satu plot utama dalam film tersebut.

Mengapa nama itu sangat penting? Tidak lain karena seluruh faktor identitas yang terkandung di dalamnya. Nama adalah jalan pintas kita untuk mengenal dunia dan untuk mengingat apa yang perlu kita ketahui. Walaupun otak kita memiliki kapasitas yang sangat besar, namun selama hidup kita, kita hanya menggunakan sangat sedikit bagian dari otak kita. Itupun kalau kita selalu ingat: sering kali kita melupakan apa yang telah kita ingat, beberapa penelitian menyatakan bahwa seseorang akan melupakan yang ia pelajari 100% dalam waktu sekitar satu bulan.

Masalahnya adalah manusia hidup selalu dalam bahaya: dari lingkungannya dan juga dari orang sekitarnya. Berbahayanya lingkungan menyebabkan manusia perlu berkomunikasi, berkelompok untuk mempertahankan diri. Namun, dalam komunikasi itu, diperlukan simplisitas dan kecepatan agar yang komunikasi bisa lancar karena otak kita tak bisa mengingat semua informasi.

Inefisiensi otak kita menyebabkan manusia menggunakan "alat" bantuan, dan salah satunya adalah nama. Dengan sebuah "nama," kita mengingat gambaran, fungsi, dsb kepada apa yang kita namakan, sebagai jalan pintas untuk memperlancar komunikasi. Misalnya, nama "meja" menyebabkan kita tahu bahwa yang dibicarakan adalah "sebuah bidang datar yang umumnya berkaki empat dan umumnya digunakan untuk menaruh kertas, buku, dsb. yang akan ditulis dengan alat-alat tulis." Nama "kuda" artinya "hewan berkaki empat, memamah biak, pemakan rumput, bisa digunakan untuk transportasi yang cepat dan cukup efisien."

Dalam pergaulan manusia, fungsi netral nama adalah untuk memberikan kepastian dan jalan pintas dalam hidupnya. "Teman" artinya adalah "orang yang akan membantu kita." Nama "musuh" menyebabkan kita langsung tahu bahwa artinya "seseorang yang berbahaya untuk kelangsungan hidup kita atau orang yang akan menggagalkan apa yang kita rencanakan yang sebetulnya sangat berguna untuk kemajuan kita."

Selain itu, untuk orang tua, nama juga digunakan sebagai alat untuk mengingatkan harapan atau tujuan hidup kepada seseorang. Setiap nama memiliki arti sendiri, dan juga beban harapan yang ditimpakan orang tua kepada anaknya. Tak heran, di Jawa sendiri sering kali kalau anak kecil selalu sakit-sakitan, salah satu diagnose yang sering dinyatakan adalah "namanya terlalu berat, dan anak itu kurang kuat untuk menanggungnya."

Namun, lebih penting lagi adalah fungsi nama dalam pergaulan manusia, terutama dalam fungsinya sebagai sebuah aspek dari kekuasaan, sebuah label untuk menyerang kredibilitas manusia lain. Bagi manusia, memberi nama kepada manusia lain merupakan cara untuk memperbesar kekuasaannya dan membuat manusia lain di bawah genggamannya.

Salah satu bentuk dari kekuasaan itu adalah penggunaan nama untuk mengontrol orang lain. Misalnya dalam cerita Spirited Away di atas, dengan mengambil nama Chihiro, Yubaba menghancurkan identitas anak tersebut dan menggantikannya dengan identitas yang ia inginkan, yakni hanya sebagai alatnya, budaknya saja yang bekerja sebagai salah satu baut dalam perusahaan pemandiannya. Di sekolah-sekolah, penggunaan panggilan seperti "gendut," "mata empat," dsb, selain ejekan juga merupakan cara untuk merendahkan posisi orang yang bersangkutan sehingga pengejeknya memiliki posisi di atasnya dalam hierarchi di sekolah. Tak heran, kebanyakan yang menjadi korban ejekan adalah anak-anak pintar atau yang memiliki kemampuan lebih - mereka yang menonjol ditekan agar menjadi sama-sama dengan anak-anak lain.

Selain itu, nama juga bisa digunakan untuk memenangkan debat dengan tanpa susah payah. Penggunaan label seperti "tidak nasionalis," "fundamentalis," "penghina agama," dsb, merupakan salah satu cara untuk mendapatkan "high ground" dan menghancurkan kredibilitas orang lain. Label "tidak nasionalis" menyebabkan orang yang dilabeli dianggap sebagai "orang luar," bukan "kelompok kita," karena itu pandangannya tak perlu dihargai karena pasti akan merugikan kelompok kita. Walaupun mungkin argumen orang yang dilabeli itu tanpa menggunakan dasar "tidak nasionalis," tapi label seperti itu cukup untuk mengkarikaturisasi dan melemparkannya ke satu kelompok yang mungkin sebenarnya bukan di sana tempatnya. "Fundamentalis" menyebabkan orang tersebut dianggap "terlalu diawang-awang, fanatik, tak kenal dunia nyata, dsb" yang menyebabkan argumennya hanya dipandang sebelah mata saja. "Penghina agama" menyebabkan pengguna label tersebut merasa berhak untuk menghina yang lain dengan alasan bahwa ia terlebih dulu menjadi korban." Jadi pengguna label tersebut mungkin tak memiliki argumen atau posisi yang baik, namun berkat "label," mendadak penggunanya menjadi memiliki "high ground" dan lawannya menjadi tak relevan.

Namun, nama bisa menjadi satu bentuk perlawanan. Di sebuah film Jacky Chan misalnya, yang mengisahkan ia sedang berpartner dengan seorang hitam di Los Angeles, si orang hitam masuk ke bar, dan menyapa temannya, "hello my nigger." "Nigger" merupakan sebuah epitet penghinaan, namun didalam kelompok tersebut, karena tabunya itu, "nigger" menjadi sebuah simbol identitas, ejekan kepada kaum elit yang dianggap dulu menginjak-injak mereka - mereka nigger, budak, tapi ternyata hidup bebas dan bisa melawan elit. Namun begitu Jacky Chan menyapa dengan kata "nigger," tak sampai beberapa detik, terjadi perkelahian dashyat. Alasannya sederhana: sewaktu Jacky Chan menyatakan "nigger," yang dilihat adalah seorang yang mau memaksakan identitas atau dominasi terhadap orang-orang hitam.

Akhirnya, nama adalah sebuah kompleksitas yang sangat unik dan penting, terutama jika sudah dihubungkan dengan aspek kekuasaan. Sangat bodoh kalau kita menganggap remeh nama, atau menganggap remeh nama yang telah diberikan kepada kita, karena isi dari nama adalah harapan dan identitas kita sebagai manusia.

YS

No comments:

Post a Comment