Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Thursday, September 8, 2011

Menyambut dengan Kritis Kemenangan Obama

Atas permintaan nona Jennie Bev, artikel ini saya pasang lebih cepat dari yang dijadwalkan.
YS
-----------------

Menyambut dengan Kritis Kemenangan Obama
Thursday, 06 November 2008
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/184339/

Begitu Barack Obama diumumkan sebagai pemenang Pemilu Amerika Serikat (AS), seluruh dunia bersorak-sorai.Semua berpesta atas berakhirnya Pemerintahan Bush yang dianggap sebagai sombong dan tak becus.

Obama sebagai presiden pertama AS yang berkulit hitam dianggap sebagai angin segar yang bisa mengubah citra Amerika menjadi lebih rendah hati. Latar belakang Obama sebagai seorang anak yang pernah tinggal di Indonesia mengakibatkan banyak yang percaya bahwa Obama bisa lebih mengerti kesulitan negara-negara berkembang. Harapan-harapan besar dari dunia pun diletakkan di bahu Presiden Obama.

Idealnya, Obama akan bersikap seperti Bill Clinton, yang berusaha menjadikan AS sebagai partner kerja sama dalam perpolitikan dunia, bukan seperti Bush yang berpedoman "kalau mereka tak mau ikut,lakukan saja sendiri". Namun, harapan-harapan ini menciptakan pertanyaan baru: bagaimana kalau pemerintahan Obama ternyata tak mampu memenuhi harapan yang ada?

Sejauh mana sebetulnya kemenangan Obama didorong oleh keinginan "dunia"? Namun saya sendiri secara pribadi tetap berharap agar pemerintahan baru AS bisa memberikan aura positif bagi dunia. ***

Obama sebagai lulusan salah satu sekolah yang paling bergengsi di AS di bidang hukum memang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Kehebatannya dalam membina organisasi kampanye yang sangat efektif juga kentara benar. Namun, Obama masih perlu berusaha lebih keras. Sampai sekarang pun banyak yang bertanya-tanya bagaimana kepemimpinan dan kemampuan Obama yang sebenarnya.

The New York Times, koran yang sangat bersimpati kepada Partai Demokrat dan pendukung Obama, dalam menyambut terpilihnya Obama menekankan,"Banyak pengikut Obama belum tahu gaya pengambilan keputusan atau gaya kepemimpinan macam apa yang dimiliki Obama." Saya pun teringat percakapan saya dengan salah seorang rekan pendukung setia Partai Demokrat di Columbus,Ohio,di mana dia berkata, "Saya akan memilih Obama, tetapi sebetulnya saya tak begitu puas karena saya tak tahu siapakah dia itu."

Satu hal yang jarang disebut-sebut dalam analisis tentang menangnya Obama adalah dampak dari krisis ekonomi kepada terpilihnya Obama. Seperti yang Bill Clinton pernah katakan," It's economy,stupid!"

Krisis ekonomi menjadi kekhawatiran terbesar rakyat Amerika dan menghadiahkan Obama kursi di Gedung Putih.Kekhawatiran ini terlihat dalam jajak pendapat para pemilih yang dilakukan AP dan CNN. Enam dari 10 pemilih menyatakan ekonomi merupakan isu terbesar, jauh melebihi Perang Irak (1 dari 10).

Sembilan sepuluh responden melihat bahwa kondisi ekonomi sangat buruk dan dari para pemilih tersebut,Obama mendapatkan suara 9% di atas McCain (53%-44%,AP&CNN 4 November). Faktor ini pun ditekankan dengan jajak pendapat yang dilakukan sebelum pemilu.

Angka dukungan kepada McCain dan Obama selalu hampir sama walaupun Obama menghabiskan dana untuk iklan televisi tiga kali lebih besar daripada McCain, (Washington Post, 7 October),sampai akhirnya krisis ekonomi meledak di bulan September dan ikut menghantam posisi McCain.Intinya,faktor terpenting yang menyebabkan kekalahan McCain yakni ekonomi, bukan Perang Irak atau kemarahan dunia ataupun rasa percaya rakyat Amerika bahwa Obama adalah pemimpin yang hebat. ***

Dari sini timbul pertanyaan: mampukah Obama sebagai presiden untuk menghadapi berbagai macam krisis yang ditinggalkan Bush? Di satu sisi,Obama yang dikelilingi oleh para penasihat yang pintar dan berkualitas tinggi. Dia pun bisa memilih para anggota kabinet yang bermutu tinggi untuk membantunya dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi pemerintahannya.

Namun di sisi lain, kepemimpinan Obama yang belum terbukti pun akan diuji oleh krisis ekonomi dunia, penyelesaian Perang Irak dan Afghanistan,serta dia pun harus memenuhi harapan dunia yang sangat tinggi kepada kemenangannya. Selain itu, dia harus "menyenangkan" rekan-rekannya dari kubu Demokrat yang sudah menang telak di Kongres.

Padahal seringkali keinginan kaum Demokrat di Kongres bertentangan dengan kepentingan luar negeri AS. Misalnya, tigapuluh sembilan dari empat puluh penandatangan surat kongres AS tentang Papua berasal dari Partai Demokrat. Padahal, Pemerintah AS berusaha menggalang hubungan baik dengan Indonesia untuk membantunya dalam perang melawan terorisme dan ekstrimisme.

Di sinilah kepentingan luar negeri AS dan aspirasi kongres AS bertubrukan dan dampaknya mungkin bisa mempengaruhi Indonesia secara negatif. Tantangan-tantangan di atas, ditambah lagi dengan kebingungan atas bakat kepemimpinan Obama menyebabkan hari-hari setelah Obama masuk ke Gedung Putih di Bulan Januari akan menjadi sangat menarik.

Apapun yang Obama putuskan akan mempengaruhi langkah-langkahnya yang selanjutnya di empat atau delapan tahun ke depan.Namun, itu adalah kekuatiran untuk kali lain, karena kita tetap tak bisa melupakan bahwa hari ini merupakan hari yang bersejarah dan penuh optimisme. Ini adalah sebuah hari di mana pada akhirnya seorang yang berkulit hitam, yang merupakan warga minoritas di AS,yang sampai tahun 1960-an terus didiskriminasi secara terbuka, bisa melangkah masuk ke Gedung Putih.

Ini adalah hari bersejarah yang menyebabkan kita kembali mengingat tentang "American Dream"yang sangat memikat itu, di mana, setiap orang dengan usaha keras bisa menghadapi segala rintangan dan mencapai apa yang ia tuju. Selain itu, jika Obama dengan kampanyenya yang terorganisasi dengan rapi mampu mengatasi segala lawan politik kelas berat seperti Hillary Clinton, John Edward, dan puncaknya adalah mengalahkan John McCain.

Mungkin kita bisa melihat bahwa ini "previu"kepemimpinan Obama di Gedung Putih bahwa Obama memang memiliki bakat kepemimpinan dan disiplin yang sangat baik. Kita mungkin bisa yakin itu mampu membantunya dalam menghadapi ujian yang lebih utama lagi: yakni mengembalikan AS sebagai negara yang dihormati, disegani, dan menjadi mitra yang disukai oleh negara-negara lain di dunia.

Untuk itu, mari kita berharap bersama-sama agar "Change We Need" benar-benar terjadi, yakni adanya perubahan ke arah yang positif yang kita dambakan dan butuhkan. Selamat datang Mr Obama di Gedung Putih!(*)

1 comment: