Announcement

Let me know if you are linking this blog to your page and I will put a link to yours.

Saturday, September 3, 2011

Perang Bush dan Demokrasi: Apakah Demokrasi Gagal?

Penyerangan US ke Iraq disambut kecaman oleh banyak sekali pihak, terutama dari Indonesia. Sebagian kecaman berdasarkan agama, yakni Amerika dianggap sebagai antek Zionis untuk menyikat umat Islam. Kecaman lain, dari kaum liberal Indonesia, menganggap serangan Amerika yang tak didukung oleh dunia, dan Bush sendiri yang tak menghiraukan protes dalam negeri, sebagai tanda dari hancurnya demokrasi Amerika Serikat.

Melalui tulisan ini, saya ingin memproposikan bahwa justru demokrasi Amerika itu hidup dan bekerja secara cukup sempurna, sehingga perang ini bisa terjadi. Selain itu juga, faktor terbesar dari terjadinya perang ini adalah bukan alasan agama, melainkan akibat faktor "hancurnya gedung WTC tanggal 11 September 2001."  Untuk mendukung proposisi saya, saya akan mendiskusikan apa itudemokrasi dalam prakteknya, kemudian saya akan menggunakan beberapa data dari opini publik di Amerika, dan implikasinya terhadap pemerintah US dan akhirnya kepada dukungan publik kepada perang.

Demokrasi, seperti yang pembaca ketahui, adalah sistem pemerintahan di mana "rakyat yang memerintah." Namun, betulkah demikian, apalagi kalau sudah mengenai hubungan luar negeri? Walter Lippman dalam bukunya yang provokatif "Public Opinion" menekankan bahwa rakyat secara keseluruhan sebetulnya tak tahu dan tak peduli tentang luar negeri: kebanyakan lebih tertarik dengan hal yang merupakan kebutuhan sehari-hari, seperti mencari uang, mengurus anak, dsb. Dari semua kesibukan sehari-hari itu, sulit sekali bagi mereka untuk peduli dengan urusan politik luar negeri. Argumen ini juga didukung oleh Almond (1950), di mana ia menyatakan bahwa memang hampir semua publik demikian, dan isu luar negeri hanya diikuti oleh sebagian orang yang tertarik dengan politik luar negeri.

Krosnick (1990) lebih drastis lagi: ada kaum elit yang memang tertarik hanya dengan satu isu tertentu, karena politik luar negeri sendiri memiliki cakupan yang sangat luas. Karena itu, menurut Krosnick, seseorang akan selektif sekali dalam melihat politik luar negeri, dan hanya elit yang memang peduli sekali akan isu tersebut, elit ini sendiri kemudian, akan memposisikan isu luar negeri ini dengan isu domestik, untuk memikat perhatian publik dan membuat publik mendukung politik luar negeri yang ditekankan tersebut (Boninger, Krosnick, Berent, 1995). Zaller (1992) menuliskan bahwa mayoritas publik sendiri akan mengikuti elit yang mereka identifikasikan, dan membentuk opini publik berdasarkan hal tersebut.
Dari sini, terlihat bahwa tak ada "demokrasi" yang sempurna, apalagi tentang politik luar negeri. Rakyat biasa tak peduli: mereka lebih peduli apa yang akan mereka makan besok dan apa yang menjadi keluhan sehari-hari. Begitu rakyat ditanyakan tentang politik luar negeri, mereka akan mengikuti apa yang elit yang mereka bisa identifikasikan, akan nyatakan. Tak heran, di Indonesia sendiri, elit Islam (e.g. FPI) yang anti Amerika, memposisikan isu ini dengan masalah agama, agar bisa mendapat perhatian dari masyarakat yang peduli dengan masalah agama.

Akhirnya, Pak Udin yang tinggal di satu desa di dekat Garut, misalnya, menentang serangan terhadap Iraq karena "anti-Islam." Padahal, Pak Udin sendiri tak tahu Iraq itu di mana, sejauh mana dari Indonesia, tak tahu tentang keadaan dan kondisi Iraq, dan tak tahu bahwa pemerintahan Saddam Hussein sendiri sebetulnya sekuler dan anti fundamentalisme Islam. Amerika sendiri mengalami hal yang sama: Mr. Brown, tinggal di satu desa 300 KM sebelah barat kota New York, tak tahu Iraq itu di mana, bahkan tak tahu siapa itu Saddam Hussein, mendukung serangan Amerika ke Iraq, karena Iraq dianggap sarang terroris.

Setelah menjabarkan proposisi dasar saya tentang pembentukan opini publik, maka sekarang kita akan mencoba mengerti mengapa Bush bisa menyikat Iraq dengan kekuatan militer dengan hanya sedikit oposisi dari rakyat dan elit politik sendiri.

Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa memang publik Amerika sendiri memang anti terrorisme, dan perang melawan terroris merupakan sesuatu yang sangat didukung oleh masyarakat Amerika. Namun, rakyat Amerika sendiri tak tertarik intervensi kepada negara lain. Polling yang dilakukan Gallup tahun 1998 menunjukkan bahwa 76% masyarakat Amerika menyetujui penyerangan terhadap markas terroris, tapi ini hanya untuk kelompok teroris, bukan dukungan terhadap serangan kepada satu negara yang diduga mendukung kaum teroris. Krosnick dalam survey opini publik tahun 2000, memperlihatkan walaupun 66.4% menyetujui bahwa bagus sekali usaha untuk melemahkan negara lainsebelum menjadi ancaman bagi Amerika, HANYA 12.6% menganggap hal ini SANGAT penting, dan 23.9% CUKUP penting. Jadi, hanya 36.5%, sepertiga dari responden, yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang serius.
Posisi ini berubah drastis setelah Tragedi 11 September 2001 di mana WTC dihancurkan. Polling yang dilakukan tanggal 14 September menunjukkan bahwa 54% responden mendukung menyerang orang yang dianggap pendukung teroris, walaupun tanggung jawab mereka belum terbukti. 71% responden mendukung serangan kepada markas teroris DAN negara yang mendukung terorisme, tak memperdulikan kemungkinan warga sipil menjadi korban. 88% menyetujui operasi militer. Dari 88% itu, 89% menyatakan bahwa kalau US tak bereaksi keras, akan terjadi serangan teroris lagi, dan 49% menganggap serangan teroris akan berkurang drastis jika US menyerang negara yang dianggap pendukung teroris. Terlihat adanya perubahan yang menyolok dari data survey.

Walaupun kenaikan angka di atas dianggap faktor psikologis dari hancurnya gedung WTC, namun kelihatannya angka ini turun tak terlalu drastis, terutama di polling-polling tahun 2002, menjelang perang melawan Iraq. Misalnya saja, pada survey tanggal 17 Desember, dinyatakan bahwa 54% menyetujui US menyerbu Iraq JIKA Bush bisa menunjukkan bahwa Iraq memiliki senjata pemusnah massal yang berbahaya untuk keamanan US. Survey tanggal 5 February 2003 menunjukkan mayoritas responden percaya kepada argumen Colin Powell bahwa Iraq memiliki senjata pemusnah massal. Saya membaca pidato Powell, dan di sana Powell juga berargumen secara implisit bahwa Iraq berbahaya untuk keamanan Amerika.

Dari angka-angka di atas, tak heran elit politik penentang Bush, seperti dari Partai Demokrat, memilih diam. Mereka menyadari bahwa mayoritas publik mendukung serangan ini. Apalagi setelah serangan berlangsung, dukungan rakyat meningkat karena efek "bangkit disekeliling bendera," nasionalisme yang disebabkan dukungan rakyat kepada pasukan. Tak heran juga, keluhan dari negara-negara lain tak diperdulikan: rakyat memang tak memikirkan isu luar negeri.

Kembali ke argumen saya di atas, bahwa rakyat secara keseluruhan tak peduli dengan urusan luar negeri dan rakyat tetap lebih memperdulikan isu domestik daripada luar negeri, tetap masih terdukung: 65% responden dalam survey tanggal 17 September menyatakan pilihan mereka dalam pemilu US dipengaruhi faktor domestik, dan hanya 17% responden pada survey tanggal 5 November, menyatakan bahwa pilihan mereka dalam pemilu Amerika dipengaruhi oleh isu-isu luar negeri. Tak heran, rakyat mengidentifikasikan diri mereka dengan elit pemerintahan Bush karena mereka memang tak terlalu peduli dengan urusan luar negeri, dan sekali mereka yakin kepada keabsahan argumen Bush, mereka akan mendukung semua politik luar negeri Bush. Posisi ini juga memang dipengaruhi oleh kasus 11 September seperti yang dituliskan di atas.

Jadi, tak seperti yang diargumentasikan banyak pihak di Indonesia, Bush bukannya tak menghiraukan publik Amerika yang anti perang, namun justru Bush berhasil meyakinkan publik Amerika tentang pentingnya perang ini dan berhasil mendiskreditkan kaum protester anti-perang. PBB sendiri tak dihiraukan, karena publik memang tak terlalu tertarik urusan luar negeri. Protester anti-perang sendiri ternyata dampaknya jauh lebih kecil dari yang diduga selama ini. Survey tanggal 12 Maret 2003 menunjukkan bahwa 75% responden menyatakan prajurit lebih banyak melakukan hal untuk mencapai perdamaian di Iraq, dan hanya 8% yang menyatakan simpati kepada demonstran anti perang.

Kesimpulannya, demokrasi Amerika tetap berjalan dengan sempurna, yakni keputusan disetujui oleh mayoritas publik, walau dengan hasil yang tak disukai para pembaca di Indonesia. Publik sendiri dipengaruhi oleh kelompok kecil elit yang berhasil menjual isu mereka kepada publik dengan menghubungkan isu luar negeri dengan domestik yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebaliknya juga, rakyat akhirnya memutuskan, apakah mereka akan membeli apa yang elit jual, dan keputusan rakyat itu yang membentuk keputusan pemerintah.

Sebagai penutup, demokrasi memang bukan bentuk pemerintahan yang sempurna, namun terbaik, karena opini publik tetap menentukan kebijaksanaan politik.
 
 
APPENDIX:
September 14, 2001
QUESTION:
Thinking about a possible US (United States) military response to the terrorist attacks (in New York and Washington DC, September 11, 2001), would you favor or oppose... attacking people suspected of terrorism against the US like Osama bin Laden even if we're not sure they're responsible for what happened this week?
RESULTS:
Favor          - 54%
Oppose         - 40
Don't know     -  6
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: PRINCETON SURVEY RESEARCH ASSOCIATES
QUESTION ID: USPSRNEW.091501, R10A
QUESTION:
Thinking about a possible US (United States) military response to the terrorist attacks (in New York and Washington DC, September 11, 2001), would you favor or oppose... attacking terrorist bases and the countries that allow or support them even if there is a high likelihood of civilian casualties?
RESULTS:
Favor          - 71%
Oppose         - 21
Don't know     -  8
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: PRINCETON SURVEY RESEARCH ASSOCIATES
QUESTION ID: USPSRNEW.091501, R10B
QUESTION:
(I'd like to ask you a few questions about the events (terrorist attacks) that occurred this past Tuesday (September 11, 2001) in New York City and Washington, DC.)... Do you think the United States should--or should not--take military action in retaliation for Tuesday's attacks on the World Trade Center and the Pentagon?
RESULTS:
Should         - 88%
Should not     -  8
No opinion     -  4
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: GALLUP ORGANIZATION
QUESTION ID: USGALLUP.01SP14, R16
 
Dua pertanyaan berikut untuk 88% yang menyetujui penyerangan militer.
QUESTION:
(I'd like to ask you a few questions about the events (terrorist attacks) that occurred this past Tuesday (September 11, 2001) in New York City and Washington, DC.)... If the US (United States) does not take military action against the terrorists, do you think this will--increase or decrease--the chances that additional terrorist attacks against the US will occur in the future?
RESULTS:
Increase                 - 89%
Decrease                 -  7
No difference (vol.)     -  2
No opinion               -  2
QUESTION ID: USGALLUP.01SP14, R20
 
QUESTION:
(I'd like to ask you a few questions about the events (terrorist attacks) that occurred this past Tuesday (September 11, 2001) in New York City and Washington, DC.)... If the US (United States) takes military action against the terrorists, do you think this will--increase or decrease--the chances that additional terrorist attacks against the US will occur in the future?
RESULTS:
Increase                 - 43%
Decrease                 - 49
No difference (vol.)     -  4
No opinion               -  4
QUESTION ID: USGALLUP.01SP14, R19
 
Maret 8, 2002
QUESTION:
Which of the following comes closest to your view about the actions the United States should take to deal with terrorism -- the U.S. should mount a long-term war to defeat global terrorist networks, the U.S. should take military action only to punish specific terrorist groups responsible for the attacks on the World Trade Center (September 11, 2001), or the U.S. should not take military action but should rely only on economic and diplomatic efforts to deal with terrorism?
RESULTS:
Mount long-term war                     - 52%
Punish specific terrorists involved     - 40
Should not take military action         -  6
No opinion                              -  2
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: GALLUP ORGANIZATION
QUESTION ID: USGALLUP.02MCH08, R11
September 17, 2002
QUESTION:
And, talking about different issues...which one of these is more important to you in deciding how to vote for Congress? Is it... International issues such as Iraq, the conflict in the Middle East, the military, and the war on terrorism. Domestic issues such as the economy, corporate abuses, taxes, pensions, prescription drugs, and Social Security
RESULTS:
International issues such as Iraq, the     - 29%
conflict in the Middle East, the military, and
the war on terrorism
Domestic issues such as the economy,       - 65
corporate abuses, taxes, pensions, prescription
drugs, and Social Security
Don't know/Refused                         -  6
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: GREENBERG QUINLAN ROSNER RESEARCH, PUBLIC OPINION STRATEGIES
SOURCE DOCUMENT: NPR IRAQ AND THE 2002 CONGRESSIONAL ELECTIONS SURVEY
 
November 5, 2002
QUESTION:
Now I'm going to read you some pairs of statements about your (2002) vote for U.S. (United States) Congress in your district. As I read each pair, please tell me whether the first statement or the second statement comes closer to your own views, even if neither is exactly right. I voted on international issues such as Iraq, the conflict in the Middle East, the military, and the war on terrorism. I voted on domestic issues such as the economy, corporate abuses, taxes, pensions, prescription drugs, and Social Security. (If First/Second, ask:) Do you feel strongly about that or not strongly?
RESULTS:
Voted on international issues--Strongly         - 17%
Voted on international issues--Not strongly     -  5
Voted on domestic issues--Not strongly          - 10
Voted on domestic issues--Strongly              - 54
Both (vol.)                                     - 11
Neither (vol.)                                  -  1
Don't know/Refused                              -  2
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: GREENBERG QUINLAN ROSNER RESEARCH, PUBLIC OPINION STRATEGIES
QUESTION ID: USGREEN.02NPRNV, R18A
 
December 17, 2002
QUESTION:
Suppose UN (United Nations) weapons inspectors do not find proof that Iraq is weapons of mass destruction and the Bush Administration does not offer proof that Iraq is producing weapons of mass destruction. In such a case, do you think the US (United States) should or should not invade Iraq using ground troops?
RESULTS:
Should invade Iraq using ground troops         - 27%
Should not invade Iraq using ground troops     - 66
Not sure                                       -  7
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: HARRIS INTERACTIVE
QUESTION ID: USHARRIS.Y121902, R35
 
QUESTION:
Suppose UN (United Nations) weapons inspectors do not find proof that Iraq is producing weapons of mass destruction and the Bush Administration does offer proof that Iraq is producing weapons of mass destruction. In such a case, do you think the US (United States) should or should not invade Iraq using ground troops?
RESULTS:
Should invade Iraq using ground troops         - 54%
Should not invade Iraq using ground troops     - 38
Not sure                                       -  8
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: HARRIS INTERACTIVE
QUESTION ID: USHARRIS.Y121902, R34
 
February 5, 2003
QUESTION:
(As you may know, Secretary of State Colin Powell spoke to the United Nations for 90 minutes today (February 5, 2003) to present evidence which the United States says it has about Iraq's weapons of mass destruction.)... Regardless of your opinion about invading Iraq with U.S. (United States) ground troops, based on what you have heard or read about Powell's speech today, do you think Powell made--a very strong case about the need for the U.S. (United States) to invade Iraq with ground troops, a fairly strong case, not too strong a case, or not a strong case at all?
RESULTS:
Very strong           - 42%
Fairly strong         - 37
Not too strong        -  9
Not strong at all     -  4
No opinion            -  8
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: GALLUP ORGANIZATION
QUESTION NOTES: Asked of those who heard or read about the speech (62%)
QUESTION ID: USGALLUP.03FEB5, R5
 
March 11, 2003
QUESTION: Who do you think is doing more to achieve real peace in Iraq--war protesters or soldiers?
RESULTS:
Protesters      -  8%
Soldiers        - 75
Both (vol.)     -  5
Not sure        - 12
ORGANIZATION CONDUCTING SURVEY: OPINION DYNAMICS
SOURCE DOCUMENT: FOX NEWS, OPINION DYNAMICS POLL
 

1 comment: